Minggu, 01 Februari 2015

Jika pun harus patah hati lagi

Sesekali aku ingin mengenangmu lagi. Mengingat-ingat kembali, bahwa dulu pernah ada bahagia yang berakhir luka. Aku yang dulu pernah mencintaimu dengan sangat dalam. Aku yang dulu pernah begitu percaya, bahwa kau akan menjadi alasan bahagia satu-satunya. Aku pernah menanam banyak doa-doa di dadamu. Memupuknya agar terus tumbuh dan semakin bertambah. Dengan tabah kujaga hatiku untukmu. Namun ternyata kau enggan merawatnya, kau memilih melepas paksa hatiku demi dia yang demikian kau cintai.

Aku pernah mempertaruhkan hidupku hanya untuk tetap berada di hadapmu. Bahkan saat kau tak lagi peduli dengan apa saja yang aku hadapi. Aku tetap saja ingin selalu memperjuangkanmu. Waktu itu bagiku,  kau pernah begitu berarti –seseorang  yang dengan sangat kuharapkan membalas perasaanku. Orang yang tak lagi ingin kuganti dengan yang lain. Namun akhirnya kau tetap memilih orang lain.

Aku kira patah hati tak pernah mampu membuatku jatuh cinta lagi. Sebab, begitu banyak doa yang kupercaya menjadi percuma. Namun aku salah. Waktu memberi penjelasan atas segalanya, bahwa secinta apa pun aku dulu kepadamu. Pada akhirnya, orang yang melukai tak selayaknya diperjuangkan lagi. Setelah patah hati dan lelah yang panjang, aku paham, cinta baru selalu akan datang.  Meski patah hati bisa saja terulang. Tidak ada alasan untuk tidak bahagia. Itulah mengapa setiap orang patah hati tetap harus belajar membuka hatinya.

Aku tidak seharusnya mengingatmu yang tak lagi mengingatku. Aku paham betul, saat seseorang memilih pergi untuk hati lain artinya dia tidak layak lagi kembali. Itulah alasan mengapa cinta baru diciptakan. Agar manusia menyadari tidak selayaknya orang yang mengatakan cinta memilih pergi. Jika nyatanya kau tetap pergi. Tanamkanlah untuk tidak pernah lagi meminta kembali. Karena bagiku, lebih baik patah hati dan kecewa oleh orang yang berbeda, daripada dipatahhatikan dan dikecewakan oleh orang yang sama. Sebab, pada akhirnya, setiap yang patah hati akan sampai pada titik: ternyata aku sudah baik-baik saja. Ternyata tak ada lagi perasaan yang sama. Dan nyatanya, ada orang lain yang menggantikan tempatmu.