Mungkin kau benar,
saat ini aku hanya sedang berpura-pura kuat melalui hari tanpamu. Namun,
pahamilah, aku memang sudah memilih jalan melupakanmu. Pelan-pelan, semua
perasaan itu akan menghilang. Dan tidak akan pernah lagi kubiarkan kau pulang
untuk mengulang. Keputusan ini memang teramat berat. Aku harus menjadi orang
yang paling kuat. Pada saat yang sama, aku begitu lemah setelah semuanya kau
buat patah. Semua harapan yang pernah kubangun kau urai dan berderai.
Berkeping-keping menjadi luka-luka yang setiap saat terasa menyiksa. Dengan
sisa-sisa semangat, aku mencoba kembali bangkit. Sebab hidup terlalu sia-sia
dihabiskan dengan rasa sakit.
Kau boleh tertawa sesukamu. Merayakan kemenanganmu atas luka-luka yang mengirisku. Kau boleh tersenyum bangga jika puas membuatku merasa sakit. Sungguh aku tidak akan marah dan benci. Bagiku semuanya sudah berlalu. Sudah kupastikan kau hanya akan dikenang sebagai masa lalu. Cinta yang pernah ada kini hanya sebatas kata-kata. Perasaan itu tak akan lagi tumbuh. Sebab terlalu mati ia saat kau memilih membunuh. Tetaplah tertawa atas segala lukaku. Biarku sembuhkan pelan-pelan semua yang teriris sendu. Meski harus berpura-pura baik tanpamu. Aku tak akan meminta lagi kau bahagiakan.
Biarku tanggung semua rasa sesak yang menggunung. Biarlah aku yang pergi membawa sekelebat perih di hati. Pelan-pelan, aku percaya, semuanya akan benar-benar baik kembali. Hari ini mungkin aku masih pura-pura bahagia tanpamu. Kelak, setelah semakin jauh jalan kutempuh, luka-luka itu akan kembali sembuh. Dan sungguh, aku tidak akan pernah lagi menginginkanmu kembali membuat semuanya utuh. Sebab, bagiku menyembuhkan luka sendiri jauh lebih baik daripada bertahan tapi dilukai.
Kepada kamu yang begitu mampu melupakanku dan mencoba cinta yang baru. Jujur kuakui sulit memang melupakanmu. Hal yang tidak kumengerti adalah mengapa orang yang paling menyakiti yang lebih mudah diingat kembali? Mengapa orang yang membuat begitu dalam luka, yang lebih susah untuk membuat lupa. Tapi ada yang aku yakini melebihi kehebatanmu melukai. Hatiku masihlah milikku. Masih aku yang berhak atasnya. Itulah sebabnya aku menjauh dan menutup mata atas segala rayuan belakamu. Cukuplah sedih yang pernah kupilih sebab mencintaimu. Sebab sudah terlalu lelah hati mengerti kamu. Kini, aku hanya perlu menikmati pelan-pelan. Hingga semua kesakitan yang pernah ada hanya menjadi senyuman saat kembali pulang sebagai ingatan.
Maafmu sudah kuterima, dan kau pun merasa Lega lalu bahagia, aku tak bisa membencimu walau kau telah menyakitiku, aku pun tak kan membalasnya biarlah suatu saat nanti kau akan mengerti mencintai tanpa dicintai itu tak semudah kata maaf yang kau ucap.
Kau boleh tertawa sesukamu. Merayakan kemenanganmu atas luka-luka yang mengirisku. Kau boleh tersenyum bangga jika puas membuatku merasa sakit. Sungguh aku tidak akan marah dan benci. Bagiku semuanya sudah berlalu. Sudah kupastikan kau hanya akan dikenang sebagai masa lalu. Cinta yang pernah ada kini hanya sebatas kata-kata. Perasaan itu tak akan lagi tumbuh. Sebab terlalu mati ia saat kau memilih membunuh. Tetaplah tertawa atas segala lukaku. Biarku sembuhkan pelan-pelan semua yang teriris sendu. Meski harus berpura-pura baik tanpamu. Aku tak akan meminta lagi kau bahagiakan.
Biarku tanggung semua rasa sesak yang menggunung. Biarlah aku yang pergi membawa sekelebat perih di hati. Pelan-pelan, aku percaya, semuanya akan benar-benar baik kembali. Hari ini mungkin aku masih pura-pura bahagia tanpamu. Kelak, setelah semakin jauh jalan kutempuh, luka-luka itu akan kembali sembuh. Dan sungguh, aku tidak akan pernah lagi menginginkanmu kembali membuat semuanya utuh. Sebab, bagiku menyembuhkan luka sendiri jauh lebih baik daripada bertahan tapi dilukai.
Kepada kamu yang begitu mampu melupakanku dan mencoba cinta yang baru. Jujur kuakui sulit memang melupakanmu. Hal yang tidak kumengerti adalah mengapa orang yang paling menyakiti yang lebih mudah diingat kembali? Mengapa orang yang membuat begitu dalam luka, yang lebih susah untuk membuat lupa. Tapi ada yang aku yakini melebihi kehebatanmu melukai. Hatiku masihlah milikku. Masih aku yang berhak atasnya. Itulah sebabnya aku menjauh dan menutup mata atas segala rayuan belakamu. Cukuplah sedih yang pernah kupilih sebab mencintaimu. Sebab sudah terlalu lelah hati mengerti kamu. Kini, aku hanya perlu menikmati pelan-pelan. Hingga semua kesakitan yang pernah ada hanya menjadi senyuman saat kembali pulang sebagai ingatan.
Maafmu sudah kuterima, dan kau pun merasa Lega lalu bahagia, aku tak bisa membencimu walau kau telah menyakitiku, aku pun tak kan membalasnya biarlah suatu saat nanti kau akan mengerti mencintai tanpa dicintai itu tak semudah kata maaf yang kau ucap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar