Belia bukan hanya perkara umur, tapi tentang pola
pikir, cara berpikir, cara memandang sesuatu. Beberapa orang tak memahami hal
ini –atau mungkin mereka tak mau belajar untuk paham. Saya menyebutnya
orang-orang belia, pada kesempatan ini. Beginilah, mereka memandang hubungan.
Orang-orang
belia cenderung menginginkan pasangan yang selalu nurut kepadanya. Padahal
pasangan itu, manusia, bukan peliharaan. Ketika berhubungan dengan manusia, ada
hasil pemikiran dia yang juga harus ikut dipahami, bukan pikiran diri sendiri
saja. Ada keinginan dia yang harus diseimbangi, bukan inginmu saja.
Orang-orang
belia selalu ingin mendapatkan cinta yang sempurna. Ia lupa, bahwa hakikatnya
kesempurnaan itu tak pernah ada di dunia ini. Kecuali, kesempurnaan versi
manusia sendiri, kesempurnaan yang sesungguhnya bisa diciptakan. Dengan apa?
Dengan bersyukur atas apa yang dimiliki.
Orang-orang
belia akan selalu senang ketika dituruti semua keinginannya. Meski dia sadar,
itu adalah keegoisan. Itu adalah ketidakseharusan dalam hubungan. Dan
seringkali dia melakukan hal-hal yang tak sewajarnya, minta ini itu, suruh ke
sana ke situ, yang tak sewajarnya lagi.
Orang
semacam ini lupa, bahwa mencari pasangan bukanlah perkara menemukan orang yang
selalu menurut apa pun yang ia inginkan. Namun mencari pasangan adalah
menemukan orang yang bisa diajak bertukar pikiran, saling belajar menyeimbangi,
saling belajar membuka logika, dan hati. Sejatinya, pasangan yang baik bukanlah
pasangan yang selalu menuruti semua keinginanmu, karena yang penurut seperti
itu hanya pembantu. Bukan pasangan hidup.
DsuperBoy |1/11/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar