Selasa, 11 November 2014

Orang orang belia

Belia bukan hanya perkara umur, tapi tentang pola pikir, cara berpikir, cara memandang sesuatu. Beberapa orang tak memahami hal ini –atau mungkin mereka tak mau belajar untuk paham. Saya menyebutnya orang-orang belia, pada kesempatan ini. Beginilah, mereka memandang hubungan.
Orang-orang belia cenderung menginginkan pasangan yang selalu nurut kepadanya. Padahal pasangan itu, manusia, bukan peliharaan. Ketika berhubungan dengan manusia, ada hasil pemikiran dia yang juga harus ikut dipahami, bukan pikiran diri sendiri saja. Ada keinginan dia yang harus diseimbangi, bukan inginmu saja.

Orang-orang belia selalu ingin mendapatkan cinta yang sempurna. Ia lupa, bahwa hakikatnya kesempurnaan itu tak pernah ada di dunia ini. Kecuali, kesempurnaan versi manusia sendiri, kesempurnaan yang sesungguhnya bisa diciptakan. Dengan apa? Dengan bersyukur atas apa yang dimiliki.

Orang-orang belia akan selalu senang ketika dituruti semua keinginannya. Meski dia sadar, itu adalah keegoisan. Itu adalah ketidakseharusan dalam hubungan. Dan seringkali dia melakukan hal-hal yang tak sewajarnya, minta ini itu, suruh ke sana ke situ, yang tak sewajarnya lagi.

Orang semacam ini lupa, bahwa mencari pasangan bukanlah perkara menemukan orang yang selalu menurut apa pun yang ia inginkan. Namun mencari pasangan adalah menemukan orang yang bisa diajak bertukar pikiran, saling belajar menyeimbangi, saling belajar membuka logika, dan hati. Sejatinya, pasangan yang baik bukanlah pasangan yang selalu menuruti semua keinginanmu, karena yang penurut seperti itu hanya pembantu. Bukan pasangan hidup.


DsuperBoy  |1/11/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar